RUPA BUMI INDONESIA

Pembakuan Nama Rupa Bumi di Indonesia

  • RSS
  • Delicious
  • Facebook
  • Twitter

Popular Posts

Peta Tematik
Righteous Kill
Quisque sed felis

About Me

Foto Saya
catatan kesederhanaan
Hamba Allah yang menginginkan perubahan menjadi lebih baik....
Lihat profil lengkapku

Popular Posts

Thumbnail Recent Post

Righteous Kill

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Quisque sed felis

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Etiam augue pede, molestie eget.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Hellgate is back

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit ...

Post with links

This is the web2feel wordpress theme demo site. You have come here from our home page. Explore the Theme preview and inorder to RETURN to the web2feel home page CLICK ...

Archive for April 2014

Informasi Geospasial Mendukung Pembangunan Daerah Tertinggal 

Informasi Geospasial Dasar dan Tematik sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan
daerah tertinggal di Indonesia. Untuk itu diperlukan suatu dukungan penyediaan data dinamis yang
sahih, terkini, sesuai dengan kenyataan dan mewakili daerah tertinggal. Sesuai dengan amanah
Undang-Undang No.4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial yang menyatakan bahwa
pemerintah dalam hal ini Badan Informasi Geospasial (BIG) menjamin ketersediaan dan akses
informasi geospasial yang handal serta dapat dipertanggungjawabkan. Sementara itu, program
Pemerintah melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI), mencakup seluruh wilayah Indonesia, termasuk didalamnya daerah tertinggal. MP3EI
merupakan program untuk mendorong Indonesia menjadi negara yang lebih maju melalui
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkeadilan dan berkelanjutan. Fokus pengembangan strategi
percepatan pembangunan diletakkan pada 8 program diantaranya pertanian, pertambangan,
energi, kelautan, pariwisata dan telematika serta pengembangan kawasan strategis. Informasi
geospasial sangat dibutuhkan untuk mendukung program percepatan pembangunan tersebut.
Dukungan penyediaan data geospasial dapat berupa pengelolaan sistem pengembangan wilayah
daerah tertinggal melalui pemanfaatan Indonesian Geospasial Data Infrastructure (Ina-SDI) dan
simulasi sistem pengembangan wilayah daerah tertinggal berbasis Sistim Informasi Geografis (GIS).

Daerah tertinggal pada umumnya dicirikan dengan kualitas sumber daya manusia yang relatif
rendah, serta keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi,
kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainya. Kondisi tersebut menyebabkan masyarakat di daerah
tertinggal mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial. Daerah tertinggal di
Indonesia berjumlah 183 kabupaten dengan karakteristik potensi wilayahnya yang continental
(sebagian besar daratan), marine (sebagian besar lautan) dan regional (utamanya perbatasan).
Sebaran daerah tertinggal pada Koridor Ekonomi Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi berada
pada wilayah penyangga. Sedangkan sebaran daerah tertinggal di koridor Ekonomi Bali-Nusa
Tenggara, Papua, Kepulauan Maluku berada pada wilayah utama.

RPJMN 2010 – 2014 menyatakan bahwa tingkat kesenjangan pembangunan antar wilayah masih
tinggi. Demikian juga dengan perkembangan kawasan pertumbuhan yang diharapkan menjadi
penggerak daerah tertinggal dan kawasan perbatasan belum optimal. Kedua hal ini menunjukan
belum adanya keterkaitan dan intergrasi ekonomi wilayah dalam sistem pengembangan wilayah.
Dari 183 kabupaten tertinggal, 14 kabupaten diantaranya termasuk dalam kategori
kawasan/strategis di kawasan pengembangan ekonomi terpadu, 20 kabupaten masuk dalam
kawasan perbatasan, dan 15 kabupaten masuk dalam Kawasan Strategis Nasional. Pusat-pusat
pertumbuhan tersebut harus terkoneksi dengan pembangunan daerah tertinggal dalam suatu
sistem pengembangan wilayah yang sinergis.

Dalam rangka meningkatkan sinergi antar instansi dan pemanfaatan informasi geospasial, BIG dan
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) bekerjasama untuk mendukung percepatan
pembangunan daerah tertinggal. Kerjasama ini ditujukan untuk mewujudkan capaian program
pembangunan 2025 dengan memperhatikan aspek di daerah tertinggal. Sebagaimana diketahui,
KPDT merupakan pelaksana pemerintah di bidang Pembangunan Daerah Tertinggal. Dalam rangka
membangun kerjasama dan koordinasi antara KPDT dan BIG, Menteri KPDT, Ahmad Helmy Faishal
Zaini pada Senin, 22 Juli 2014 melakukan kunjungan kerja ke kantor BIG di Cibinong. Dalam
kunjungan kerja ini dilakukan penandatanganan nota Kesepahaman Bersama antara BIG dan KPDT.

Untuk mendukung program percepatan pembangunan daerah tertinggal, BIG menyediakan
dukungan sistem data spasial untuk perencanaan berbasis keruangan dalam membuat kebijakan
dan aplikasi pemanfaatan data spasial untuk penyusunan Rencana Tara Ruang Wilayah (RTRW) di
wilayah Kabupaten tertinggal. Dukungan BIG diwujudkan dalam bentuk pengembangan Sistem
Informasi Spasial Pembangunan Daerah Tertinggal (SISPA-PDT), dan telah diluncurkan tanggal 12
Juni 2012 lalu. SISPA-PDT tersebut sangat diperlukan dalam menunjang pembangunan daerah
tertinggal. Oleh karena itu, kerjasama antara BIG dan KPDT langsung ditindaklanjuti dengan
pelatihan dalam bentuk bimbingan teknis mengenai Ina-Geoportal dan SISPA-PDT bertempat di
Balai Diklat BIG pada hari yang sama. Pelatihan akan diikuti oleh sejumlah pejabat struktural dari
KPDT.

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
Kepala Pusat Penelitian, Promosi dan Kerja Sama BIG
F. Wahyutomo



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Buku Geospasial

Sejarah Survei dan Pemetaan Nusantara - 40 Tahun BAKOSURTANAL

Selama empat dasawarsa, sudah banyak prestasi yang dicapai BAKOSURTANAL antaral lain dalam bidang informasi geospasial untuk penataan ruang, pemetaan perbatasan, kehutanan, dan pertambangan. BAKOSURTANAL berperan dalam menyediakan informasi geospasial untuk pengelolaan bencana alam dan penegasan batas wilayah antar mereka. Semua itu terangkum dalam bentuk buku yang berjudul Survei dan Pemetaan Nusantara.

       

 

Buku Prediksi Pasang Surut 2010

Buku prediksi ini berisi informasi numeris dan grafis prediksi pasang tertinggi dan surut terendah sepanjang tahun 2010 dalam tampilan berbentuk kalender. Dalam penghitungan koefisien fungsi prediksi dilakukan dengan menggunakan satu set data terbaik.

               

Atlas Bandara Indonesia

Bakosurtanal berusaha ikut serta membantu memberikan sedikit informasi tentang pengetahuan kebandaraan secara umum di Indonesia, khususnya bandara internasional dan domestik. Informasi yang disampaikan dikemas dalam bentuk buku yang berisi data antara lain: peta lingkungan bandara, citra bandara, foto terminal, denah terminal dan narasi yang disajikan dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Buku Atlas ini memanga didesain tidak hanya untuk keperluan masyarakat Indonesia tapi juga untuk masyarakat internasional yang berkunjung ke Indonesia.

          
     

Gugusan Pulau Kecil Terluar BENTENG SELATAN NUSANTARA Kabupaten Maluku Barat Daya

Setelah masa kolonialisasi Belanda berakhir, kontak antara daerah di Maluku Barat Daya menjadi sangat terisolasi dan sering dikatakan sebagai daerah yang terlupakan, oleh karena itu salah satu misi Survei PSSDAL di Kepulauan Lemola ini untuk bertahap mengembalikan masa keemasan perdagangan.

          
   

Peta Mangroves Indonesia

Penelitian tentang geomorfologi pesisir, ekologi hutan mangrove, flora mangrove, kondisi sosial-ekonomi wilayah mangroves di setiap tempat yang berbeda di Indonesia menunjukkan bahwa ekosistem mangrove tergolong rentan (fragile ecosystems) dan krusial eksistensinya. Jadi jelaslah bahwa sekarang mangroves merupakan ekosistem penting secara biologi, ekologi, sosial dan ekonomi.

          
    

Ekosistem Mangrove Kepulauan Togean

Neraca ekosistem mangrove merupakan suatu informasi yang dapat menggambarkan sebaran cadangan ekosistem mangrove, pengurangan dan penggunaan ekosistem mangrove, sehingga pada waktu tertentu dapat diketahui kecenderungannya, apakah surplus atau defisit. Hal ini berguna sebagai alat monitoring sehingga dalam upaya memanfaatkannya dapat diimbangi dengan perlindungan dan konservasi.


          
  

Penilaian Kekayaan Sumberdaya Ikan Perairan Togean Kabupaten Tojo Una-Una

Terletak di perairan Teluk Tomini, Kabupaten Tojo Una-Una memiliki sumber data kelautan yang sangat potensial dan penting artinya bagi wilayah Indonesia Bagian tengah.


             

Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut Teluk Saleh

Menarik, keangkuhan Gunung Tambora yang menjulang seakan mengawasi perairan Teluk Saleh dengan segala dinamika masyarakat pesisirnya. Perjalanan Tim PSSDAL, BAKOSURTANAL ke pesisir Teluk Saleh di Pulau Sumbawa akan membawa kita memahami beragam potensi dan pesona menawan sebuah teluk di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Beragam kekayaaan alam dan dinamika masyarakat berikut potensinya terekam dalam buku ini.

          
  

Buku Prediksi Pasang Surut 2008

Buku ini meliputi hasil prediksi pasang surut dari 63 pelabuhan utama di Negara Kepulauan Republik Indonesia dari hasil Pengamatan Stasiun Tetap Pasang Surut Laut Nasional. Buku ini berisi informasi numeris dan grafis prediksi pasang tertinggi dan surut terendah yang terjadi sepanjang tahun 2008 dengan tampilan informasi berbentuk kalender.


         
   

Pulau Makalehi - Mutiara dalam Untaian Nusantara

Pulau-pulau kecil di Nusantara yang sangat indah dilihat dari udara itu merupakan perpaduan yang harmonis antara hijau, biru, dengan dasar pasir pantai, bertemu birunya laut yang bergradasi dari muda ke tua, laksana untaian mutiara dalam dasar biru tua maha luas.


         
  

Krakatau : Laboratorium Alam di Selat Sunda

Ledakan mahadahsyat Krakatau Agustus 1883 telah mensterilkan gunung ini.Namun, selang beberapa waktu, di Krakatau muncul tumbuhan yang masih halus serta binatang-binatang kecil. Lalu timbul hipotesis mengenai asal-usul tumbuhan dan hewan tersebut.
Bagaimana keadaan tumbuhan dan binatang di Krakatau saat ini?



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Dokumen Standar

Standar dalam bidang informasi geografi/geomatika bertujuan untuk menyusun suatu kumpulan standar yang terstruktur mengenai informasi obyek atau fenomena yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan lokasi di bumi. Standar informasi geografi dibutuhkan untuk :
  • mendukung ketidakteriaktan terhadap vendor software tertentu;
  • mendukung interoperabilitas teknologi informasi geografi;
  • meningkatkan ketersediaan, akses, integrasi, dan penyebaran informasi geografi.
Oleh karena itu standar informasi geografi merupakan salah satu aspek untuk mendukung terbentuknya Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN).
Standar dalam bidang informasi geografi/geomatika disusun oleh Panitia Teknis 07-01 Bidang Informasi Geografi/Geomatika yang kemudian ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional untuk menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI).
Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan standardisasi bidang informasi geografis / geomatika:
1. Pedoman Standardisasi
Dokumen-dokumen yang merupakan pedoman dalam menyusun SNI yang berasal dari Badan Standardisasi Nasional (BSN), pedoman Panitia teknis (Pantek) bidang informasi geografis/geomatika dan juga pedoman lain yang terkait dengan penyusunan standar.

Dokumen SNI bidang informasi geografis/geomatika yang telah dihasilkan oleh Pantek 07-01.
No.
Judul SNI
Tahun
1.
SNI 19-6502.1-2000
2000
 -> Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Indonesia Skala 1:10.000 
   
2.
SNI 19-6502.2-20002000
 -> Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Indonesia Skala 1:25.000 
   
3.SNI 19-6502.3-20002000
 -> Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Indonesia Skala 1:50.000 
   
4.SNI 19-6502.4-20002000
 -> Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Indonesia Skala 1:250.000 
   
5.
SNI 19-6724-20022002
 -> Jaring Kontrol Horizontal 
   
6.SNI 19-6725-20022002
 -> Peta Lingkungan Bandar Udara Indonesia Skala 1:25.000 
   
7.SNI 19-6726-20022002
 -> Peta Dasar Lingkungan Pantai Indonesia Skala 1:50.000 
   
8.SNI 19-6727-20022002
 -> Peta Dasar Lingkungan Pantai Indonesia Skala 1:250.000 
   
9.SNI 19-6728.1-20022002
 -> Penyusunan Neraca Sumber Daya – Bagian 1: Sumber Daya Air Spasial 
   
10.SNI 19-6728.2-20022002
 -> Penyusunan Neraca Sumber Daya – Bagian 2: Sumber Daya Hutan Spasial 
   
11.SNI 19-6728.3-20022002
 -> Penyusunan Neraca Sumber Daya – Bagian 3: Sumber Daya Lahan Spasial 
   
12.SNI 19-6728.4-20022002
 -> Penyusunan Neraca Sumber Daya – Bagian 4: Sumber Daya Mineral Spasial 
   
13.SNI 19-6988-20042004
 -> Jaring Kontrol Vertikal dengan Metode Sipatdatar 
   
14.
SNI 19-7149-2005
2005
  -> Jaring Kontrol Gayaberat  
   
 15.SNI 7335:2008 2008
  -> Metadata spasial  
   
16SNI 7336:20082008
-> Pertukaran Data Lintang, Bujur, dan Tinggi Lokasi Geografis
   
17.SNI 7644-20102010
-> SNI 7644-2010 Basis data spasial oseanografi
 
18.SNI 7645-20102010
-> SNI 7645-2010 Klasifikasi penutup lahan
     
19.SNI 7646-20102010
-> SNI 7646-2010 Survei hidrografi
  
20.SNI 7657-20102010
-> SNI 7657-2010 Singkatan nama kota
  
21.SNI 6502.2-20102010
-> SNI 6502.2-2010 Spesifikasi penyajian peta rupa bumi 25.000
  
22.SNI 6502.3-20102010
-> SNI 6502.3-2010 Spesifikasi penyajian peta rupa bumi 50.000
  
23.SNI 6502.4-20102010
-> SNI 6502.4-2010 Spesifikasi penyajian peta rupa bumi 250.000

  

3. Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
Dokumen RSNI bidang informasi geografis/geomatika yang diusulkan dan dirumuskan oleh Pantek 07-01 melalui instansi teknis penanggung jawab untuk ditetapkan menjadi SNI oleh BSN.
No.
Judul RSNI
Tahun Penyusunan
Keterangan
1.
2010
RASNI (Rancangan Akhir Standar Nasional Indonesia
-> Basis Data Spasial Oseanografi: Suhu, Salinitas, Oksigen Terlarut, Derajat Keasaman, Turbiditas, dan Kecerahan
    
2.
RSNI3 7645:2010
2010
RASNI
-> Klasifikasi Penutup Lahan
    
3.
2006
4.
RSNI Survey hidrografi
2006
5.RSNI-3 Terumbu karang - hasil konsensus2011
 
6.RSNI-3 Mangrove - hasil konsensus2011

4. Norma Pedoman Prosedur Standar dan Spesifikasi
Ketentuan dalam lingkup Bakosurtanal berupa norma, pedoman, prosedur, standard dan spesifikasi bidang informasi geografis/geomatika.
5. Standar Klasifikasi Internasional / International Classification Standard (ICS)
Tujuan dari ICS adalah sebagai suatu struktur untuk katalog standar-standar internasional, regional dan nasional, serta dokumen normatif lainnya. Selain itu juga ICS merupakan dasar untuk sistem pengurutan untuk standar internasional, regional, dan nasional. ICS dapat juga digunakan untuk mengklasifikasikan standar dan dokumen-dokumen normatif dalam basis data, perpustakaan dan lain sebagainya.
• International Clasification for Standards - 2005
6. Standar Internasional (ISO) / Regional
Dokumen standar internasional (ISO) dan juga standar-standar nasional dari negara lain dalam bidang informasi geografis/geomatika:
Standar ISO:
• ISO/DIS 6709:2005, Standard representation of geographic point location by coordinates
• ISO/DIS 19104:2002, Geographic information – Terminology
• ISO/DIS 19118:2002, Geographic information – Encoding
• ISO/DIS 19128:2004, Geographic information – Web map server interface
• ISO/DIS 19133:2004, Geographic information – Location based services tracking and navigation
• ISO/DIS 19135:2004, Geographic information – Procedures for registration of items of geographic information
Standar Malaysia :
Malaysian Standard for Geographic Information/Geomatics -- Feature and Attribute Codes (MS 1759)
Standard Permanent Committee on GIS Infrastructure for Asia and the Pacific
( PCGIAP):
Guidelines For Custodianship
Dataset Fundamental Regional:
• Australia & New Zealand
• Filipina



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Peta Tematik

Peta Tematik adalah peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu (land status, penduduk, transportasi dll.) dengan menggunakan peta rupabumi yang telah disederhanakan sebagai dasar untuk meletakkan informasi tematiknya.

Data Tematik Sumber Daya Alam Darat

 
Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik menyediakan layanan Katalog Data Tematik Sumber Daya Alam Darat.
Tema yang tersedia adalah:
  1. Geomorfologi
  2. Liputan Lahan
  3. Lahan Basah
  4. Kawasan Konservasi
  5. Potensi Kawasan Lindung
  6. Ekosistim
  7. Lahan Kritis
  8. Resiko Bencana
  9. Neraca Sumber Daya Lahan
  10. Neraca Sumber Daya Air
  11. Neraca Sumber Daya Hutan
  12. Neraca Sumber Mineral
  13. Daerah Aliran Sungai
  14. Integrasi Neraca
Peta tersedia dengan pilihan skala:
  • Skala 1:2.500.000
  • Skala 1:1.000.000
  • Skala 1:250.000
  • Skala 1:100.000
  • Skala 1:50.000
  • Skala 1:25.000


Data Tematik Sumber Daya Alam Laut




Peta Kedirgantaraan (LBI dan WAC)

Peta LBI: 

peta dasar dalam perencanaan, pengelolaan dan pengembangan kawasan Bandar Udara Indonesia. Di dalam peta ini tercakup berbagai alat bantu navigasi udara dan rintangan-rintangan penerbangan di seputar bandara.

WAC (world aeronautical chart):

Peta yang dipergunakan untuk keperluan navigasi secara visual, yang menggunakan proyeksi bidang kerucut dengan tujuan mempertahankan arah.

Beberapa contoh peta Kedirgantaraan



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Peta Kelautan

Peta Kelautan (LPI dan LLN)
Peta dasar yang memberikan informasi secara khusus untuk wilayah pesisir dan laut, terutama tentang kedalaman, jenis pantai (berpasir, berlumpur, atau berbatu), serta informasi dasar lainnya terkait dengan navigasi dan administrasi di wilayah laut.
Beberapa contoh peta Kelautan
 



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Peta Rupabumi

Peta Rupabumi Indonesia (RBI) adalah peta topografi yang menampilkan sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di wilayah NKRI. Unsur-unsur kenampakan rupabumi dapat dikelompokkan menjadi 7 tema, yaitu:
Unsur-unsur kenampakan rupabumi dapat dikelompokkan menjadi 7 tema, yaitu:
  • Tema 1: Penutup lahan: area tutupan lahan seperti hutan, sawah, pemukiman dan sebagainya
  • Tema 2: Hidrografi: meliputi unsur perairan seperti sungai, danau, garis pantai dan sebagainya
  • Tema 3: Hipsografi: data ketinggian seperti titik tinggi dan kontur
  • Tema 4: Bangunan: gedung, rumah dan bangunan perkantoran dan budaya lainnya
  • Tema 5: Transportasi dan Utilitas: jaringan jalan, kereta api, kabel transmisi dan jembatan
  • Tema 6: Batas administrasi: batas negara provinsi, kota/kabupaten, kecamatan dan desa
  • Tema 7: Toponim: nama-nama geografi seperti nama pulau, nama selat, nama gunung dan sebagainya
Berikut adalah indeks, data ketersediaan, dan tahun pembuatan peta RBI dalam skala 1:250.000, 1:50.000, 1: 25.000, dan 1:10.000
Indeks Peta RBI Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (download resolusi tinggi)
Peta RBI Jawa, Bali dan Nusa Tenggara
Indeks Peta RBI Kalimantan (download resolusi tinggi)
Peta RBI Kalimantan
Indeks Peta RBI Irian Jaya (download resolusi tinggi)
Peta RBI Irian Jaya
Indeks Peta RBI Sulawesi (download resolusi tinggi)
Peta RBI Sulawesi
Indeks Peta RBI Sumatera (download resolusi tinggi)
Peta RBI Sumatera



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Jaring Kontrol Geodesi

Jaring kontrol Geodesi  terdiri atas Jaring Kontrol Horisontal (JKH), Jaring Kontrol Vertikal (JKV), dan Jaring Kontrol Gayaberat (JKG).  Sebagai salah satu data spasial kerangka kontrol geodesi dan geodinamika tercantum dalam Jaringan Data Spasial Nasional. Data-data geodesi di dalamnya dimanfaatkan oleh pemerintah maupun swasta sebagai referensi untuk pekerjaan pemetaan dan survey rekayasa dan sebagai landasan pengembangan Infrastruktur Data Spasial Nasional (ISDN).
Tujuan Jaring Kontrol Horisontal dan Vertikal adalah untuk memonitoring dinamika kerak bumi.

Jaring Kontrol Horisontal

Pengukuran Temporer: 630 titik geodetik untuk referensi tunggal (Datum Geodesi Nasional 1995)

Jaring Kontrol Vertikal

Terdiri atas 7000 titik tinggi geodesi  setiap jarak 5 km

Jaring Kontrol Gaya Berat

Tujuan Jaring Kontrol Gayaberat adalah untuk Monitoring medan gayaberat – bidang acuan tinggi.
Pengukuran gaya berat dilakukan di 7000 titik tinggi geodesi, setiap jarak 5 km



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

BIG Tandatangani Nota Kesepakatan Bersama dengan Pemprov Kaltim

 
Data dan informasi geospasial sangat diperlukan dalam perencanaan pembangunan baik di pusat maupun di daerah. Untuk menata dan membangun wilayah agar sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan data dan informasi geospasial yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Badan Informasi Geospasial sebagai penyelenggara dan pembina informasi geospasial mendorong instansi baik di pusat maupun di daerah dalam penyelenggaraan Informasi Geospasial Tematik untuk mengacu kepada Informasi Geospasial Dasar BIG dalam kerangka "one map policy"(kebijakan satu peta).
Dalam rangka membangun dan menata wilayah Provinsi Kalimantan Timur, pada Rabu, 26 Maret 2014 di Pendopo Kantor Bupati Berau Kalimantan Timur, Badan Informasi Geospasial (BIG) menandatangani Nota Kesepakatan Bersama (NKB) dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.  Penandatanganan NKB antara BIG dengan Pemprov Kaltim dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan, pengembangan, dan pemanfaatan data serta informasi geospasial untuk pembangunan di Provinsi Kalimantan Timur.
Ruang lingkup NKB ini meliputi: (1) pengumpulan dan pengolahan data dan informasi geospasial; (2) penyimpanan dan pengamanan data dan informasi geospasial; (3) penyebarluasan data dan informasi geospasial; (4) penyediaan data dan informasi geospasial; (5) pemanfaatan bersama dan berbagi pakai data dan informasi geospasial; (6) penyelenggaraan kegiatan peningkatan kompetensi sumber daya manusia terkait dengan data dan informasi gospasial;  (7) pembangunan dan pengembangan infrastruktur terkait informasi geospasial; dan (8) kegiatan lain yang dipandang perlu dan disetujui oleh BIG dan Pemprov Kaltim.
Penandatanganan NKB menjadi salah satu agenda rapat Kerja Pemprov Kaltim dengan tema "Melalui Rapat Kerja Perbatasan, Penataan Wilayah dan Kerjasama Tahun 2014, Kita Tingkatkan Sinergitas Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kab / Kota Menuju Kaltim Maju 2018".Sesuai dengan tema raker tersebut, dalam pengelolaan daerah otonom, banyak hal yang perlu dikerjasamakan dan dikoordinasikan dengan BIG terkait dengan perbatasan, penataan ruang dan pemekaran daerah.  Untuk itu maka NKB ini sangat penting untuk dilaksanakan lebih lanjut dalam berbagai perjanjian kerja sama.
NKB ditandatangani oleh Kepala BIG dengan Gubernur Kalimantan Timur. Dalam penandatanganan dihadiri oleh Sestama BIG Budhy Andono Soenhadi, Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak, Duta Besar Republik Seychelles untuk Indonesia Nico Barito, PJ. Gubernur Kalimantan Utara, perwakilan dari Kemendagri, Pangdam Mulawarman, Kejaksaan Tinggi serta SKPD se-Provinsi Kalimantan Timur.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Pentingnya Nama Rupabumi untuk Perkembangan Ekonomi, Respon Bencana dan Media Global


Nama rupabumi (toponim) sangat penting untuk menunjang perkembangan ekonomi regional maupun global, dapat merespon bencana secara cepat dan sebagai media global dalam komunikasi nasional maupun internasional.
Pentingnya toponim akan menjadi begitu terasa pada saat kebijakan AFTA diberlakukan. Toponim juga menjadi bagian dari sebuah agenda berita yang muncul di semua bahasa komunikasi sebagai pembeda, juga dalam memberitakan suatu lokasi bencana terjadi. Peranan media global dalam mempersepsikan toponim akan menjadi luas bahkan toponim bukan sekedar isu geografis, tetapi sudah menjadi isu sentral dalam bidang politik, ekonomi dan sosial.
Toponim dan standarisasi penamaan sangat penting untuk dilakukan, khususnya ketika sebuah peta yang mengandung toponim menjadi sebuah alat untuk berkomunikasi baik secara nasional maupun internasional, utamanya dalam perkembangan ekonomi global di Indonesia. Standarisasi toponim tidak hanya berlaku untuk wilayah daratan, tetapi juga dalam penamaan lautan dan unsur geografisnya (toponym maritime). Terkait dengan hal tersebut, United Nations Group of Experts on Geographical Names Asia South East Division (UNGEGN ASE Division) mengadakan seminar dengan tema “ The Power of Place Names in Economic Development, Disaster Response and Global Media”.
Seminar yang dilaksanakan di Bandung, Selasa, 1 April 2014 ini dibuka oleh Kepala Badan Informasi Geospasial, Asep Karsidi mewakili Menteri Dalam Negeri. Pembukaan dilakukan dengan pemukulan gendang oleh Kepala BIG bersama dengan Chairman UNGEGN ASE Division Datuk Abdul Kadir Bin Taib, Dirjen Pemerintahan Umum (PUM) Depdagri Agung Mulyana, dan Setda Provinsi Jabar Wawan Ridwan.
Seminar diselenggarakan oleh UNGEGN ASE Division dan Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi didukung oleh Badan Informasi Geospasial (BIG), Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Seminar ini merupakan seminar kedua yang diselenggarakan UNGEGN ASE Division yang dirangkaikan dengan pertemuan divisi tahunan yang dilaksanakan 1-2 April 2014.
Indonesia terpilih menjadi tuan rumah berdasarkan kesepakatan pada pertemuan Divisi ASE 1 2013 di Brunei Darussalam. Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 300 peserta dari negara-negara anggota UNGEGN ASE Division yang terdiri dari 12 negara diantaranya : Indonesia, Bhutan, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Philipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand dan Vietnam, juga dihadiri pula oleh Kementerian dan Lembaga serta SKPD Provinsi Jawa Barat terkait. Seminar diselenggarakan dalam rangka melaksanakan salah satu Resolusi UNCSGN No. 4 tahun 1967. Disebutkan bahwa setiap Negara anggota PBB disarankan mempunyai Otoritas Nama-Nama Geografis (National Geographical Names Authority) yang mempunyai tugas pokok dan fungsi serta anggaran yang jelas untuk kegiatan pembakuan nama rupabumi, pedoman pengumpulan data dan publikasi nama-baku yang disebut gasetir (gazetteer) nama rupabumi untuk dipakai secara resmi oleh semua pihak (pemerintah, masyarakat). Pembakuan menyangkut tidak hanya menetapkan nama bakunya tetapi juga tata-cara penulisan nama dan fonetiknya, sehingga diucapkan sama oleh semua orang.
Saat ini Tim Nasional Pembakuan Rupabumi Indonesia telah membakukan sebanyak 13.466 pulau, Gasetir nama wilayah administrasi, 33 Provinsi, 377 kabupaten, 97 kota dan 6.458 kecamatan; Gasetir nama unsur alami telah dibakukan di 19 provinsi sebanyak 100.672 unsur alami (gunung, pegunungan, bukit, perbukitan, dataran tinggi, sungai, goa, mata air, air terjun, teluk, tanjung, rawa, danau, lembah , selat, semenanjung). Selain itu Tim Nasional Pembakuan Rupabumi telah mengadakan Bimbingan teknis untuk aparatur pemda sebanyak 180 aparatur dari 18 Provinsi, 51 Kabupaten, 7 kota dan Perwira TNI-AL serta pembentukan PPNR di 33 Provinsi, 117 Kabupaten dan 24 kota dan telah terbangun SIM Toponimi dan data wilayah.
Kepala Badan Informasi Geospasial, Asep Karsidi mengemukakan pemerintah RI sedang mendata kembali nama-nama geografis di seluruh wilayah Indonesia dan menertibkan penggunaan nama-nama geografis agar sesuai dengan sejarah atau asal-usul masyarakat setempat. Hingga saat ini jumlah pulau yang sudah dibakukan nama-namanya sejumlah 13.466 pulau, tukas Asep Karsidi.
Seminar ini terbagi dalam 3 sesi yaitu : Sesi 1 yang mengambil tema Essential Policy of Place Naming Towards Regiona Economic Development (Kebijakan Penting dalam Pemberian Nama Tempat Menuju Pembangunan Ekonomi Regional), moderator Multamia Retno Mayekti dengan pembicara Agung Mulyana dari Ditjen PUM dengan judul Pembakuan Nama Rupabumi dalam Mendorong Pembangunan Ekonomi Regional, Bangun Muljo Sukoco, ITS (Naming Geographic Names (Toponymy) Towards Regional Economic Development in Indonesia), Pangeran Haji Mahani Binti Pangeran Haji Achmad, Brunei Darussalam (Membina Kesepakatan Penamaan Tempat dalam Pembangunan Ekonomi : Suatu Tinjauan Awal dari Prespektif Sejarah), Triyono (Maritime, from Gazetteers to Marine Resource Management).
Sesi 2 dengan tema Successsful Disaster Response Start With a Standarized Place Names (Suksesnya Penanggulangan Bencana Dimulai dengan Nama Tempat yang Baku), moderator Budi Sulistyo (KKP) dengan pembicara Hartono (Toponym in Natural Disaster Management : Some Indonesian Examples), Rajapaksha, Srilanka (The of Place Names in Economic Development, Disaster Response and Global Media), Suhardja D. Wiramihardja (Beyond the Blue Horizon and Behind the Dark Sky of Tatar Pasundan), R.W. Matindas (Toward the Speeding up of the Availability of Geographical Names and Geospatial Information within the Asean Communities and beyond), dan Gede Suantika (Strategy of Geological Hazard Mitigation in Indonesia).
Sesi 3, dengan tema Place Names as Identify in Global Media, dengan moderator Suhardja D. Wiramihardja dengan pembicara Multamia Retno (the Power of Place Names in the Global Media), Muhammad Hadi Md Melayong, Brunei Darussalam (Pengaruh Melayu Islam Beraja dalam Penamaan Geografi), Andri Hernandi (Arti Penting Toponim dalam Persepektif Media Global), dan Hjh Norati Binti Bakar, Brunei Darussalam (Penamaan Geo : Mempromosi Kearifan Tempatan Membangun).



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer